Senin, 12 Januari 2015

PENJELASAN ILMIAH TENTANG KEKEKALAN


By on Senin, Januari 12, 2015

RuhulBurhan.com Masalah ini  mengutip berbagai penjelasan ilmuwan dan cendekiawan di bidang ini. Tentang masalah waktu yang mengalir mundur, seorang cendekiawan terkenal sekaligus profesor genetika pemenang Nobel, François Jacob, menyatakan yang berikut di dalam bukunya Le Jeu des Possibles (Yang Mungkin dan Yang Nyata):

Film-film yang diputar mundur memungkinkan kita membayangkan sebuah dunia dengan waktu berjalan mundur. Sebuah dunia dengan susu memisahkan diri dari kopi dan melompat keluar cangkir untuk mencapai periuk susu; sebuah dunia dengan gelombang cahaya dipancarkan dari tembok-tembok untuk dikumpulkan di sebuah perangkap (pusat gravitasi), bukannya disebarkan dari sebuah sumber cahaya; sebuah dunia dengan sebuah batu mendaki ke telapak tangan seorang laki-laki melalui kerjasama mencengangkan tak terhitung tetesan air yang memungkinkan batu melompat keluar air. Namun, di dalam dunia seperti itu dengan waktu memiliki sifat-sifat demikian berlawanan, proses-proses otak kita dan cara ingatan kita menyusun informasi, akan sama-sama berfungsi mundur. Hal ini juga benar bagi masa lalu dan masa depan, dan dunia akan tampak bagi kita persis sebagaimana ia tampak saat ini.418

Karena otak kita terbiasa ke urutan tertentu peristiwa, dunia tidak bekerja sebagaimana dijelaskan di atas dan kita menganggap bahwa waktu selalu mengalir ke depan. Akan tetapi, ini sebuah keputusan yang diambil di otak dan bersifat nisbi (relatif). Jika saja keping-keping informasi di dalam ingatan kita disusun seperti dalam film-film yang diputar terbalik, bagi kita, aliran waktu akan seperti dalam film-film ini. Dalam keadaan seperti ini, kita akan mulai mengesani masa lalu sebagai masa depan, dan masa depan sebagai masa lalu, dan menjalani kehidupan kita di dalam urutan yang sepenuhnya terbalik.
Dalam kenyataan, kita tak pernah dapat mengetahui bagaimanakah waktu mengalir atau bahkan benarkah waktu mengalir. Inilah sebuah tanda dari fakta bahwa waktu bukan sesuatu yang mutlak, tetapi sekadar semacam kesan.

Kenisbian (relatifitas) waktu adalah sebuah fakta yang juga dibuktikan oleh seorang fisikawan terpenting abad ke-20, Albert Einstein. Lincoln Barnett menulis di dalam bukunya The Universe and Dr. Einstein (Alam Semesta dan Doktor Einstein):

Bersama-sama dengan ruang mutlak, Einstein membuang konsep waktu mutlak—tentang sebuah aliran waktu universal (menjagat) yang tetap, tak berubah, tak terhentikan, yang mengalir dari masa lalu yang tak hingga ke masa depan yang tak hingga. Banyak ketakjelasan seputar Teori Relatifitas berawal dari keengganan manusia mengakui bahwa rasa waktu, seperti rasa warna, adalah sebentuk kesan. Sama seperti ruang adalah sekadar suatu penataan yang mungkin dari sekumpulan benda, begitu juga waktu adalah sekadar pengurutan yang mungkin dari sekumpulan peristiwa

Sifat perorangan (subjektif) waktu paling baik dijelaskan dengan kata-kata Einstein sendiri. “Pengalaman-pengalaman seseorang,” kata Einstein, “tampak bagi kita tersusun di dalam serangkaian peristiwa; di dalam rangkaian peristiwa ini, kejadian tunggal yang kita ingat tampak terurut sesuai dengan pemilah ‘lebih dulu’ dan ‘lebih nanti’. Karena itu, ada bagi seseorang, waktu-saya, atau waktu perorangan. Waktu ini sendiri tak dapat diukur. Malah, saya bisa mengaitkan angka-angka dengan peristiwa-peristiwa, dengan cara sedemikian sehingga angka yang lebih besar dikaitkan dengan peristiwa yang lebih nanti, bukannya yang lebih dulu.”419

Kata-kata Einstein mengisyaratkan bahwa gagasan waktu yang berjalan maju tak lebih dari pembiasaan diri. 

Einstein sendiri menyatakan, sebagaimana dikutip di dalam buku Barnett: “Ruang dan waktu adalah bentuk-bentuk gerak nurani (intuisi), yang tak terceraikan dari kesadaran lebih daripada konsep-konsep kita tentang warna, bentuk atau ukuran.” Menurut Teori Relatifitas Umum: “Waktu tak memiliki keberadaan yang terpisah dari urutan peristiwa dengan mana kita mengukurnya.”420

Karena didasarkan pada kesan, waktu sepenuhnya bergantung kepada si pengesan dan karena itu nisbi.

Laju waktu mengalir berbeda-beda menurut acuan yang kita gunakan untuk mengukurnya, sebab tak ada jam alamiah di dalam tubuh manusia yang menandai secara cermat seberapa cepat waktu berlalu. Seperti yang ditulis oleh Lincoln Barnett: “Sama seperti tiada sesuatu yang seperti warna jika tak ada mata untuk mencernanya, maka, seketika atau satu jam atau satu hari bukan apa-apa tanpa satu peristiwa untuk menandainya.”421

Kenisbian waktu dengan mudah kita alami di dalam mimpi. Meskipun yang kita lihat di dalam mimpi tampak berlangsung berjam-jam, nyatanya semua itu berlangsung hanya beberapa menit, dan bahkan beberapa detik.

Mari kita pikirkan tentang sebuah contoh untuk memperjelas masalah ini. Anggaplah bahwa kita ditempatkan di sebuah ruangan dengan sebuah jendela yang dirancang khusus dan kita dikurung di sana selama beberapa saat. Sebuah jam di ruangan memungkinkan kita melihat jumlah waktu yang telah berlalu. Pada saat bersamaan, kita juga bisa melihat dari jendela matahari terbit dan terbenam pada selang tertentu. Beberapa hari kemudian, jawaban yang akan kita berikan atas pertanyaan tentang lamanya waktu yang telah kita habiskan di dalam ruangan akan didasarkan pada informasi yang kita kumpulkan dengan melihat jam dari waktu ke waktu dan pada perhitungan yang kita buat dengan mengacu ke berapa kali matahari terbit dan terbenam. Anggaplah, kita memperkirakan telah melewatkan tiga hari di dalam ruangan itu. Akan tetapi, jika orang yang menempatkan kita di ruangan itu berkata bahwa kita menghabiskan hanya dua hari di sana, bahwa matahari yang kita lihat dari jendela dihasilkan secara buatan dengan sebuah mesin peniru, dan bahwa jam di ruangan diatur khusus agar berdetak lebih cepat, maka perhitungan yang telah kita buat menjadi tak berarti.

Contoh ini menegaskan bahwa informasi yang kita miliki tentang laju perjalanan waktu didasarkan pada pada acuan yang nisbi. 

Dengan cara yang sama, fakta bahwa setiap orang mengesani laju aliran waktu berbeda pada suasana berbeda merupakan petunjuk bahwa waktu tak lebih dari kesan psikologis. Misalnya, ketika Anda harus bertemu seorang sahabat, keterlambatan 10 menit sang sahabat tampak bagi Anda seperti tiada akhir, atau setidaknya, suatu waktu yang amat lama. Atau, bagi orang yang kurang tidur karena harus bangun untuk pergi bersekolah atau bekerja, tambahan tidur 10 menit mungkin terasa sangat lama. Dia bahkan mungkin akan berpikir telah menuntaskan tidurnya dalam 10 menit itu. Pada beberapa keadaan, yang sebaliknya terjadi. Seperti yang Anda ingat dari tahun-tahun sekolah Anda, setelah 40 menit pelajaran yang terasa bagaikan seabad, istirahat sepuluh menit mungkin tampak sangat cepat berlalu.

Kenisbian waktu adalah sebuah fakta ilmiah yang juga dibuktikan oleh metodologi ilmiah. Teori Relatifitas Umum Einstein menyebutkan bahwa laju waktu berubah bergantung pada laju benda dan kedudukannya di dalam medan gravitasi. Sambil laju meningkat, waktu memendek dan mengerut, melambat seakan sedang menuju titik “henti.”

Mari kita perjelas hal ini dengan sebuah contoh yang diberikan oleh Einstein. Bayangkanlah dua orang kembar, yang satu tinggal di bumi dan yang lainnya pergi menjelajah ruang angkasa dengan laju yang mendekati laju cahaya. Ketika kembali, si penjelajah ini akan melihat bahwa saudara kembarnya telah tumbuh jauh lebih tua daripada dirinya. Alasannya adalah waktu mengalir lebih lambat bagi seseorang yang berjalan dengan laju yang mendekati laju cahaya. Yang sama juga terjadi pada seorang ayah yang menjelajahi ruang angkasa dalam sebuah roket, dengan laju yang mendekati 99 persen laju cahaya, dan putranya yang tinggal di bumi. Jika si ayah berumur 27 tahun ketika memulai penjelajahannya dan putranya 3 tahun; ketika si ayah kembali ke bumi 30 tahun kemudian (waktu bumi), putranya akan berusia 33 tahun sementara ia hanya 30 tahun.422 

Kenisbian waktu ini bukan disebabkan oleh perlambatan atau percepatan jam, atau perlambatan sebuah pegas mekanis. Ini hasil perbedaan masa kerja keseluruhan sistem yang ada secara material, yang berlangsung sampai ke taraf partikel subatomis. Dengan kata lain, bagi yang mengalaminya, pemendekan waktu tidak dirasakan seakan-akan berjalan pada sebuah film gerak lambat. Dalam suasana dengan waktu memendek, detak jantung, penggandaan sel, dan fungsi otak, dll. seseorang, semuanya bekerja lebih lamban. Meskipun demikian, ia tetap menjalani kehidupan sehari-harinya dan sama sekali tak melihat pemendekan waktu.

Fakta-fakta yang diungkapkan Teori Relatifitas ini telah diperiksa beberapa kali oleh banyak ilmuwan. Di dalam bukunya yang berjudul Frontiers (Perbatasan), Isaac Asimov, juga menyatakan bahwa sudah 84 tahun sejak pengumuman Teori Relatifitas Einstein, dan setiap kali teori diuji, Einstein terbukti benar sekali lagi.423

BurhanFIX

I want to become Muslim intellectual, author of books on science and faith topics. Defender of freedom of thought, peace and love

0 comments:

Posting Komentar